Cerita Sex Ngentot Tante Hesty Sosialita Kota Bandung

Cerita Sex Ngentot Tante Hesty Sosialita Kota Bandung - Hai salam hangat untuk para pembaca cerita maniax, telah lama Gue menginginkan menumpahkan pengalaman Gue yang menurut Gue begitu indah serta tidak bisa terulang kembali. Dengan media ini Gue dapat membagi pengalaman dengan semuanya bebrapa rekanan yang menginginkan tahu. Terima kasih. 


Cerita Sex Ngentot Tante Hesty Sosialita Kota Bandung

Awalannya begini, saat itu sekitaran bln. Februari 2000, Gue menginginkan berkunjung ke rekan lama Gue di Bandung dengan kendaraan umum, Gue hingga di kota yang menurut Gue banyak menaruh masa lalu di saat lantas, sebab Gue pernah rasakan kesegaran hawa kota ini demikian th. waktu lalu. Oh ya, Gue saat ini berusia 33 th., usia yang nyaris masak serta Gue pernah mengenyam pendidikan di kota ini sepanjang nyaris 6 th.. 

Hingga di Bandung Gue bingung menginginkan kemana dahulu sebab setelah tiba, ada rasa rindu di dada untuk tahu lebih lama mengenai pergantian kota ini. Sesudah berkeliling Gazibu, Gue terasa capek, pada akhirnya Gue singgah ke pusat jajan di Mal Pasar Bandung. Fikiran Gue menerawang jauh ke saat lantas, sembari jalan Gue mencermati beberapa orang hilir mudik di sekitaran mal itu. Dalam hati semoga ketemu rekan, jadi kan enak dapat ada yang rekani. Saat Gue menuju satu tempat duduk di pusat jajan Gue berpapasan dengan seseorang wanita, yah sekitaran 25 th. dengan kenakan pakaian rapi seperti karyawati biasanya. Dengan tersenyum Gue menegur, " Hai, " masalahnya wanita itu sudah tersenyum duluan dengan Gue. Butuh di ketahui Gue memanglah kuper apabila bertemu dengan wanita, Gue tak berani bicara dulu tanpa ada didahului. 

 " Rasa-rasanya Gue pernah kenal dengan.. Mas.. " 
Wah Gue di panggil " Mas ", namun tak apa deh, dengan senyum lagi Gue jawab, 
 " Di mana.. " 
Dengan sedikit basa-basi pada akhirnya Gue perkenalkan diri Gue serta Gue ajak makan berbarengan, kebenaran Gue tengah lapar, eh dia juga ingin. Sembari nikmati makanan, Gue banyak diam sebab Gue takut, bebrapa janganlah Gue dijebak oleh suatu hal yang Gue tidak paham lalu Gue diperas, fikiran itu senantiasa menghantui Gue. Namun makin lama Gue mulai mengerti kondisi. Wanita itu mengenalkan diri sebagai Hesty yang bekerja di satu diantara perusahaan asuransi. 

Dengan sedikit waspada Gue membulatkan tekad untuk mengajak Hesty untuk beristirahat, sebab dari perbincangan pada Gue dengan dia Gue simpulkan Hesty juga tengah sumpek fikirannya, dia tengah mencari luapan emosi yang menimpa di hatinya. Dengan sedikit halus Hesty menampik ajakan Gue, sebab tuturnya dia takut Gue berbuat jahat. Wah fikirannya sama juga dengan Gue. Selalu Gue fikir lagi, mungkin saja wanita ini wanita yg tidak benar (maaf.. WTS), tak tahunya wanita betul-betul wanita karir, namun belum temukan karir yang pasti. Dari style bicaranya Hesty sukai dengan Gue, lalu Gue meneruskan lagi diskusi hingga nyaris sejam lebih. Dengan sedikit sangsi Gue ajak kembali, pada akhirnya dengan senyum dia menyepakati namun dengan prasyarat, tuturnya kalau Gue janganlah beberapa macam. Wah Gue jadi gemetar, namun perasaan seseorang lelaki normal Gue katakan, Gue akan tidak beberapa macam jika dia tak mecam-macam juga.

Oke, setuju kami menuju satu tempat di daerah pinggir kota Bandung, tempatnya mensupport untuk sepasang yang tengah gundah gulana untuk menyampaikan perasaan yang lebih jauh. Gue pesan satu ruang paviliun yang terbagi dalam kamar mandi, kamar tidur serta ada teras didalam dengan nuansa alami. Yah di situlah Gue meneruskan cerita narasi dari hati ke hati. Gue dengarkan dengan sabar namun sesekali Gue berikanlah pandangan yang luas mengenai makna hidup, mamang kata rekan-rekan Gue, Gue bisa memberi rasa nyaman apabila bicara, itu kata rekan-rekan Gue (terutama yang wanita) Gue sendiri tak terasa sekian, wah GR nih. 

Lebih kurang 1/2 jam berlalu tanpa ada Gue sangka sembari menceritakan Hesty menangis sembari merapatkan kepalanya di lengan Gue, wah Gue jadi gerogi namun Gue tahan untuk selalu memberi dorongan moril. Namun sekali lagi sebagai lelaki normal Gue tak dapat menahan gejolak kelaki-lakian Gue, Gue usap rambutnya sembari membelai-belai, selang beberapa saat tangisnya reda. Kami sama-sama berpandangan demikian detik. 

Detik setelah itu Hesty memeluk erat badan Gue, wah Gue makin tak karuan dibuatnya. Dengan bisikan halus Gue mengingatkan janganlah beberapa macam, selalu Hesty jadi mempererat pelukannya serta berkata kelihatannya kami memanglah telah beberapa macam, wah tantangan nih Gue fikir. Gue balas pelukannya dengan sedikit perlahan serta Gue kecup keningnya, dengan refleks Hesty mencium bibir Gue, yah Gue layani dengan sedikit hati-hati, Gue takut hatinya masihlah rapuh serta terbawa emosi saja. Makin lama ciuman kami makin panas, 

Gue mulai lakukan tindakan menggerakkan keharusan sebagai seseorang Bani Adam memberi kesenangan pada seseorang Bani Udara. Dengan pasrah dibiarkannya buah dadanya Gue usap-usap selalu Gue remas dengan sepenuh perasaan. Sedikit untuk sedikit Gue bebaskan pakaian kerjanya yang terbagi dalam sebagian kancing. Pada akhirnya lepas telah pakaian dengan tangan kanan Gue tempatkan diatas meja tengah tangan kiri selalu bergerilia pada " Gunung Sahari " sampai ke " Gunung Agung ". 

Sesaat lidah kami selalu bergelora sama-sama melilit sesamanya. Makin ganas saja rupanya tanpa ada sedikit sabar kameja Gue direnggutnya, Gue maklum gelora nafsunya makin naik, dia bebaskan bibirnya lalu menjilat-jilat leher Gue. Wah Gue tak tinggal diam, Gue susuri dengan lidah dibalik telinga selalu merayap ke leher dengan sedikit gigitan kecil, lantas Gue kulum ujung payudaranya yang sedikit kecoklatan, makin mengejang payudaranya. Gue gigit-gigit kecil, " Ahh.. hh.. Mass.. tekann teruss.. " Tanpa ada Gue sia-siakan, Gue gotong badan 1/2 bugil ke atas tempat tidur serta Gue rebahkan, lalu Gue terlepas roknya, terlihatlah seonggok daging yang masihlah terlapisi sehelai bahan tidak tebal yang tembus pandang. 

Gue terpana sesaat dengan panorama yang begitu indah yang sulit dilukiskan dengan kalimat. Selalu Gue buka perlahan sembari Gue jilati dari pangkal paha hingga ujung kaki, Gue buat Hesty seperti mimpi. Tanpa ada Gue perintah celana panjang Gue dilepasnya sampai CD Gue juga dilepaskan. Wah " adik " Gue itu rupanya telah menggeliat dengan begitu menawans. Diusapnya dengan belaian halus sembari sesekali dipijit, " Aahh.. ahh, " Gue melenguh makin nafsu. Mendadak dihisapnya ujung batang kemaluan Gue, " Aahh.. ahh.. jangann! " dengan reflek Gue angkat kepalanya, Gue memanglah belum pernah dihisap kemaluan Gue oleh siapa saja. Gue takut terkena penyakit, kata beberapa orang pandai.

Tapi tindakan Gue malah membuat matanya semakin syahdu, liar, nafsu, campur aduk. Ditepisnya tangan Gue, dikulumnya lagi sambil bergerak maju mundur. Pikir Gue, biarin deh Gue yakin dia wanita bersih. Gue merasakan dunia ini berputar, "Nikmatt.. ahh.. ahh terus yang kencang sedotnya.. ahh.. ahh.." tangan Gue terus meremas-remas rambutnya yang terurai bebas lepas seperti nafsu manusia bila lepas kendali. Samaikn lama ujung kemaluan Gue berdenyut-denyut menandakan Gue hampir klimaks. Gue sadar, kemudian Gue minta lepaskan untuk memberi peluang istirahat, dengan sedikit merenggangkan kedua pahanya, 

Gue usap dengan jari tengah bibir kemaluannya yang sudah basah dengan lendir kewanitaan. "Ahh.." lenguhan panjang terdengar, Gue teruskan dengan menjilati hutang kemaluan di sekitar liang kemaluan. "Eehaacckk.. aahh.. aahh.." pantatnya digerakkan semakin liar dengan kedua tangan menyanggah tubuhnya. Sedikit Gue gigit ujung klitorisnya dia bergelinjang hingga terlepas dari jangkauan lidah Gue. Gue berusaha menghampiri lagi tapi.. "Maass.. jangan terusskan.. ahh.." sambil tangannya menggenggam batang kemaluan Gue dan ditariknya menuju liang kemaluannya yang sudah siap untuk dimasuki benda tumpul.

Dengan susah Gue tekan, tidak berhasil akibat licinnya landasan kemaluannya dan sempitnya lubang surganya. Tapi tanpa kehilangan kontrol akhirnya Gue berhasil masuk, "Aahh.. ahh.." Gue diamkan beberapa detik di dalam kemudian Gue gerakkan perlahan-lahan sambil meresapi kenikmatan yang ditimbulkan oleh gesekkan antara dua kutup yang saling membutuhkan. Sepuluh menit berlalu kami saling cengkram, saling gigit, saling goyang, dan seterusnya akhirnya Gue berinisiatif untuk di bawah agar kenikmatan ada pada wanita. Tanpa membuang waktu Hesty menggerakkan pantatnya turun naik sambil berputar putar mencari titik kenikmatan yang sangat dasyat dengan beberapa gerakan tertentu. 

Gue merasakan Hesty semakin nikmat bila pergerakan sedikit menekan ke arah samping kanan, mungkin disitulah letak syaraf yang sangat sensitip bahkan super sensitip untuk dinikmati oleh seorang wanita yang tengah dirasuki nikmat yang luar biasa. Suara kami saling bertalu seirama dengan gerakan yang semakin dasyat. "Aakhh.." dengan menghimpitkan kedua pahanya Hesty melenguh dengan kencang dan kejang. Wah, sudah orgasme rupanya sang betina. Gue semakin nafsu dibuatnya. Beberapa saat Gue balikkan tubuhnya, 

Gue tekan dengan kemaluan Gue yang menurut ukuran sedikit di atas normal dan berurat-urat. Hal itu dikatakan oleh Hesty sebelum kami bertempur tadi. Gue tekan dari belakang, "Aahhk.." Gue pikir masuk ke liang dubur kok sempit sekali tapi tidak tahunya benar-benar di liang kemaluannya, yang konon katanya bila dimasukkan melalui belakang, dinding kemaluan semakin rapat sehingga dapat menyedot benda-benda yang ada di sekitarnya.

"Teruss.. teruss tekan.. ahkk," tangan Gue tak lepas dari pentil payudaranya. Semakin lama ujung kemaluan Gue berdenyut keras, menandakan akan ada badai dasyat. Gue hentikan tekanan kemaluan Gue dalam lubang kemaluannya. Gue balikkan lagi tubuhnya dengan sangat perlahan tapi pasti. Gue ambil bantal untuk mengganjal pantatnya yang seksi agar ruang gerak kemaluan Gue dapat masuk ke lembah yang lebih dalam dan dasyat lagi. Benar juga, setelah Gue lepaskan "torpedo" Gue, Hesty bergelinjang sangat dasyat, "Ahhk.. ah.. akk.. Mass.. kamu kok.. hbff.." wah tidak ada kata-kata lagi yang dapat diucapkan secara normal. 

Begitu pula Gue dengan sedikit sisa tenaga yang ada, Gue tekan sekuat perasaan. Beberapa detik kemudian Gue sadar akan bahaya bagi Hesty. Gue bisikan beberapa kata, "Yang.. Gue.. tumpahkan.. dimaanaa.." dengan tersenyum dan mata yang telah hilang hitamnya didekapnya Gue sangat erat sambil berucap, "Te.. terussin.. Maass.." dengan ucapan demikian Gue mempercepat gerakan tapi pasti, akhirnya..
"Aahhk.. aohh.. nnff.. ahh.."
"Crott.. crott.. crott.. crot.."
Gue dekap tubuhnya dengan sangat erat, saking dasyatnya permainan ini hingga Gue takut kehilangan momentum yang tidak pernah Gue dapati ini.

Gue dan Hesty saling peluk. "Terima kasih.. Mass.. karena telah.. memberikan semangat lahir dan batin," sambil mengecup kening Gue. Gue hanya tersenyum penuh arti. Akhirnya Gue berpisah dan hingga saat ini Gue tidak pernah bertemu lagi. Jika dipikir-pikir hal itu bagai mimpi, tapi itu kenyataan adanya. Sering Gue melamun, akankah hal itu dapat terjadi lagi? jawabnya ada pada kenyataan alam. Oke, bagi rekan-rekan yang ingin mengoreksi atau mengomentari atau berteman atau lebih dari itu, Gue hanya manusia biasa yang dapat menerima dengan ikhlas. Layangkan ke e-mail Gue. Hanya orang dewasalah yang akan Gue balas, terima kasih atas perhatiannya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar