Cerita Dewasa Terbaru Selingkuh dengan Mertua semok menggairahkan

Cerita Dewasa Terbaru Selingkuh dengan Mertua semok menggairahkan - Lukman merupakan saudari dara dari istriku yang ada dikampung, dia mengabarkan akan melaksanakan tahlilan yang dikhususkan untuk mengenang meninggalnya ayah mertuaku, dan aku beserta isteri pun bersiap untuk menghadirinya.



Cerita Dewasa terbaru Selingkuh dengan Mertua semok menggairahkan
Lantaran saya serta istriku Ranti sudah mempertimbangkan terlebih dulu sampai telah mempersiapkan biaya untuk kepentingan aktivitas itu manfaat menolong ibu mertuaku. Tetapi yang membuatku terperanjat, sebelumnya pulang Lukman menyeretku serta berbisik memberi tahu kalau di kampung terakhir marak mengedar gosip kalau ibu mertuaku ada main dengan Barnas, tukang ojek warga setempat. “Saya sangka Barnas cuma mengincar duitnya Bude Amah (nama ibu mertuaku Salamah). Bude kan telah tua, masa sich Kang Barnas ingin bila tidak ngincar uangnya, ” kata Lukman, waktu saya mengantar dia keluar tempat tinggal serta tak ada Ranti di dekat kami. Menurut Lukman, ia mengemukakan itu supaya saya janganlah kaget bila mendengarnya. Juga diinginkan bisa mengingatkan ibu mertuaku. Lantaran menurut Lukman, warga kampung telah geregetan serta punya niat menggerebeknya bila hingga ketahuan. “Terima kasih infonya Sid. Saya bakal coba mengingatkan ibu bila ada waktu yang pas.

Saya kelak pulang sendiri ke kampung lantaran kehamilan Ranti telah nyaris masuk bln. ke sembilan, ” ujarku sebelumnya Lukman pergi dengan sepeda motornya. Berita perselingkuhan ibu mertuaku dengan tukang ojek tersebut yang membuatku banyak termenung dalam bus yang membawaku dari Jakarta menuju ke desa di satu kabupaten di Jawa Tengah. Seperti Lukman, saya juga tidak mengerti mengapa ibu mertuaku hingga ikut serta selingkuh dengan Barnas. Sebagai sisa istri Sekdes serta termasuk orang ada di kampungnya, ibu mertuaku termasuk juga pintar menjaga diri di samping termasuk lumayan cantik. Jadi walau usianya sudah 52 th., masihlah terlihat beberapa bekas kecantikannya. Wanita berkulit bersih itu dapat juga disebut masihlah menaruh pesona untuk menghidupkan keinginan lelaki. Jadi tak benar asumsi Lukman kalau ibu mertuaku tak menarik lagi untuk lelaki. Sisi pantat serta busungan buah dadanya memanglah masihlah menantang. Saya tahu itu lantaran ibu mertuaku kerap cuma kenakan kutang serta tutup badannya dengan balutan kain panjang waktu didalam tempat tinggal. Sisi dari badan ibu mertuaku yang telah kurang menarik cuma di bagian perutnya. Seperti umumnya wanita seusia dia, perutnya telah tak rata. Juga lipatan yang telah mulai nampak dibagian leher serta kelopak matanya.

Tetapi untuk sisi badan yang lain, sungguh masihlah dapat bikin jakunku turun naik. Kakinya yang panjang, betisnya masihlah membuat bulir padi dengan paha yang mulus serta membulat kekar. Dadanya juga begitu montok. Tak tahu bila masalah masihlah kenyal serta tidaknya. Saya sendiri sukai ngiler lantaran tetek istriku tidak sebesar miliki ibunya itu di samping kulit istriku tidak secerah kulit ibunya. Pernah saat ibu bertandang serta bermalam sebagian lama di rumahku, saya hampir gelap mata. Waktu itu Ranti istriku baru melahirkan anak pertamanya. Ibu berniat datang serta tinggal cukup lama untuk menukar peran Ranti mengurusi dapur. Waktu tinggal di rumahku, rutinitas ibu mertuaku di desa yang cuma kenakan kutang serta membalut badan sisi bawah dengan kain panjang waktu dirumah, tetaplah dikerjakannya. Argumennya, Jakarta begitu panas sampai ia terasa tambah nyaman berbusana ala Tarzan seperti itu. Sesungguhnya tak ada permasalahan, lantaran ibu mertuaku cuma kenakan pakaian seperti itu waktu ada didalam tempat tinggal. Tetapi spesial bagiku waktu itu jadi merasa menyiksa. Bagaimana tidak, sesaat mesti berpuasa syahwat lantaran istri yg tidak dapat melayani sepanjang 40 hari sesudah melahirkan sesaat setiap waktu saya seakan disodori panorama mengundang selera tampilan ibu mertuaku. Apalgi ibu mertuaku tanpa ada terasa risi kerap kenakan pakaian 1/2 telanjang memerlihatkan bebrapa sisi badannya yang masihlah merangsang dihadapanku. Bahkan juga kutang yang dipakainya sering terlihat kekecilan sampai susunya yang besar tak dapat muat seutuhnya terbungkus kutang yang dipakainya. Saya jadi tersiksa, terpanggang oleh nafsu yang tidak tersalurkan. Saya bahkan juga pernah gelap mata serta hampir nekad.

Malam itu, waktu akan buang air kecil ke kamar mandi, saya pernah berpapasan dengan ibu mertuaku yang juga baru dari kamar mandi. Tetapi yang bikin mataku melotot, ia keluar dari kamar mandi hampir bugil. Cuma kenakan BH, sesaat kain panjang yang umum dipakainya belum dilitkan di badannya. Mungkin saja ia menduga kebanyakan orang telah tidur. Bahkan juga dengan santainya, sembari jalan digunakannya kain panjang itu untuk mengelap sisi bawah badannya yang basah. Terlebih di selangkangannya untuk mengelap memeknya yang baru tersiram air. “Ee.. ee.. anda belum tidur Win?, ” tuturnya tergagap saat mengerti kehadiranku. “Be.. be.. belum Bu. Saya ingin ke kamar mandi dahulu, ” ujarku sembari memelototi badan telanjangnya itu. Ia jadi tersipu ketika merasa sorot mata menantunya terarah ke selangkangannya. Ia berusaha dengan susah-payah melilitkan kain panjangnya untuk menutupi bagian tubuhnya itu. Lalu bergegas menuju ke kamarnya. Namun sebelum masuk ke kamar ia sempat berpaling dan melempar senyum padaku. Senyum yang sangat sulit kuartikan. Jadilah malam itu menjadi malam yang sangat menyiksa. Sebab kendati sepintas aku sempat melihat kemulusan pahanya serta memeknya yang berjembut lebat serta pinggul dan pantatnya yang besar. Akibatnya kejantananku yang sudah hampir setengah bulan tak mendapatkan penyaluran langsung berdiri mengacung dan tak mau ditidurkan. Kalau tidak menimbang bahwa dia adalah ibu dari wanita yang kini menjadi istriku dan nenek dari anakku, rasanya aku nyaris nekad mengetuk pintu kamarnya. Sebab dari senyumnya sepertinya ia memberi peluang. Dan aku sangat yakin di usianya yang telah 52 tahun ia masih memiliki hasrat untuk disentuh laki-laki. Untuk meredakan ketegangan yang sudah naik ke ubun-ubun, malam itu aku menyalurkan sendiri hasrat seksualku dengan beronani. Aku mengocok di kamar mandi sambil membayangkan nikmatnya meremasi tetek besar ibu mertuaku serta menancapkan kontolku ke lubang memeknya yang berbulu sangat lebat. Cerita soal ibu mertuaku yang terlibat perselingkuhan dengan tukang ojek, ternyata bukan isapan jempol. Itu kutahu setelah sampai di kampungku.

Aku mendapatkan kepastian itu dari Ridwan, temanku yang menjadi guru di salah satu SD di kampungku. Aku memang sempat mampir ke rumahnya sebelum ke rumah ibu mertuaku. “Kalau mungkin setelah acara peringatan almarhum ayah mertuamu, sebaiknya Bu Amah kamu ajak saja ke Jakarta Win. Jadi tidak menjadi aib keluarga. Soalnya orang-orang sudah mulai menggunjingkan,” kata dia saat aku berpamitan. Kuakui saran Ridwan memang sangat tepat. Tetapi kalau ibu mertuaku menolak, rasanya sulit juga untuk memaksanya. Untuk berterus terang bahwa sudah banyak warga kampung yang tahu bahwa ibu mertuaku berselingkuh dengan Barnas dan warga berniat menggerebeknya, ah rasanya sangat tidak pantas mengingat kedudukanku sebagai menantu. Setelah berpikir keras dalam perjalanan ke rumah ibu mertuaku, kutemukan sebuah solusi. Bahkan ketika aku mulai memikirkan langkah-langkah yang akan kulakukan, tak terasa batang penisku jadi menegang. Hingga aku segera bergegas agar segera sampai ke rumah dan tidak kemalaman. Aku takut ibu mertuaku sudah tidur dan tidak bisa menjalankan siasatku. Ternyata ibu mertuaku belum tidur dan ia sendiri yang membukakan saat aku mengetuk pintu. Seperti biasa setelah kucium tangannya, ibu langsung memelukku.

Namun berbeda dari biasanya, pelukan ibu mertuaku yang biasanya kusambut biasa-biasa saja tanpa perasaan kali ini sangat kunikmati. Bahkan kudekap erat hingga tubuhnya benar-benar merapat ke tubuhku. Seperti biasa ia hanya memakai kutang dan melilitkan kain panjang di pinggangnya. Saat kupeluk buah dadanya terasa menekan lembut ke dadaku. Teteknya yang besar masih lumayan kenyal, begitu aku membathin sambil tetap memeluknya. Bahkan dengan sengaja aku sempat mengusap-usap punggungnya dan mukaku sengaja kudekatkan hingga pipiku dan pipinya saling menempel. Tidak hanya itu, aku yang memang punya rencana tersendiri, sengaja mencoba memancing reaksinya. Puas merabai kehalusan kulit punggungnya, tanganku meliar turun. Ke pinggangnya dan terus ke bokongnya yang terbalut lilitan kain panjang. Tampaknya ibu mertuaku tidak memakai celana dalam. Karena tidak kurasakan adanya pakaian dalam yang dikenakan. Namun yang membuatku makin terangsang, pantat besar ibu mertuaku ternyata masih cukup liat dan padat. Ah, pantas saja Barnas mau menjadi pasangan selingkuhnya. Rupanya Barnas punya selera yang bagus juga pada tubuh perempuan, pikirku kembali membathin.

Entah tidak menyadari atau menikmati yang tengah kulakukan, ibu mertuaku tidak memprotes saat tanganku mulai meremasi bongkahan pantatnya. Namun setelah beberapa lama akhirnya ia bereaksi. “Uu… udah Win nggak enak kalau ketahuan si mbok. Ia belum tidur, masih bersih-bersih di dapur,” ujarnya. “I.ii.. iya Bu. Maaf saya kangen banget sama ibu,” “Ranti dan Rafi nggak ikut Win?,” kata ibu mertuaku. Kukatakan padanya kehamilan Ranti sudah masuk ke hitungan sembilan bulan dan Rafi sering rewel kalau berpergian jauh tanpa ibunya jadi mereka tidak ikut pulang. “Ohh… ya nggak apa-apa. Manto (adik istriku) juga katanya tidak bisa datang. Dia cuma kirim wesel,” ujarnya lagi. Oleh ibu aku diantar ke kamar yang biasa kupakai bersama Ranti saat pulang kampung. Namun saat ia menyuruhku mandi, kukatakan bahwa tubuhku agak meriang. “Oh.. biar si mbok ibu suruh merebus air untuk kamu mandi biar seger. Sudah kamu tiduran saja dulu. Kalau mau nanti ibu pijitin dan dibalur dengan minyak dan bawang merah ditambah balsem gosok setelah mandi biar hilang masuk anginnya,” katanya sambil bergegas keluar dari kamar. Saat ia melangkah pergi, kupandangi goyangan pantat besarnya yang tercetak oleh lilitan kain panjang yang dipakainya. Pantat yang masih padat dan liat. Perutnya memang mulai sedikit membuncit. Maklum karena usianya sudah tidak muda lagi. Namun dengan posturnya yang tinggi besar kekurangannya di bagian perut itu dapat tertutupi. Melihatnya gairahku makin tak tertahan.

Selingkuh dengan Mertua semok menggairahkan

Usai mandi dan makan malam, aku pamit pada ibu mertuaku untuk masuk kamar. Tetapi sambil jalan aku kembali berpura-pura seperti orang yang tengah tidak enak badan. Maksudku untuk mengingatkan ibu mertuaku perihal tawarannya untuk memijiti tubuhku. Dan benar saja, melihat aku memegangi kepalaku yang sebenarnya tidak pusing dia langsung tanggap. “Oh ya mbok, tolong ambilkan minyak goreng, bawang merah dan balsem untuk memijit Nak Win. Sesudah itu si mbok tidur saja istirahat karena besok harus siap-siap masak,” perintah ibu mertuaku pada Mbok Dar, pembantu yang sudah lama ikut keluarga istriku. Tidak lebih dari lima menit, ibu mertua menyusulku masuk kamar membawa piring kecil berisi minyak goreng, irisan bawang merah dan uang logam serta balsem gosok. “Katanya mau dipijit. Ayo buka kaos dan sarungnya. Kalau dibiarkan bisa tambah parah masuk anginnya,” ujarnya setelah duduk di tepian ranjang tempat aku tiduran. Saat itu aku hanya memakai celana dalam tipis di balik sarung yang kupakai. Maka setelah sarung dan kaos kulepas, seperti halnya ibu mertuaku yang hanya memakai kutang dan membalut tubuh dengan kain panjang, tinggal celana dalam tipis yang masih melekat di tubuhku. Sepintas kulihat mata ibu mertuaku menatapi tonjolan yang tercetak di celana dalamku. Sejak memeluk dan meremas pantat ibu mertuaku serta merasakan busungan buah dadanya menempel di dadaku, penisku memang mulai bangkit. Kuyakin batang kontolku itulah yang tengah menjadi perhatiannya. Boleh jadi ia mengagumi batang kontolku yang memang ukurannya tergolong panjang dan kekar. Atau tengah membandingkan dengan milik Barnas? Kembali aku membatin. Ia memang tidak menatapi secara langsung ke selangknganku. Tetapi sambil mencampurkan bawang merah, minyak dan balsem di piring untuk dibalurkan di tubuhku sebelum dipijat, sesekali ia mencuri pandang. Aku makin yakin bahwa gairahnya dalam urusan ranjang memang masih belum padam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar